Wednesday, March 15, 2017

MOTOGP 2017 : Rossi butuh keajaiban untuk bisa juara

Tiga belas hari jelang dimulainya MotoGP 2017, para pebalap papan atas mengantongi hasil berbeda dalam tiga tes pramusim yang digelar di Sirkuit Sepang, Malaysia, kemudian di Sirkuit Phillip Island, Australia, dan Sirkuit Losail, Qatar.



Maverick Vinales, pebalap 22 tahun yang direkrut Movistar Yamaha untuk menggantikan Jorge Lorenzo, mendapat hasil paling memuaskan: berulang kali jadi yang tercepat dan menuai pujian dari kolega-koleganya. Sementara itu, Marc Marquez mendapat hasil yang naik turun, mendapat hasil bagus di beberapa tes dan terpuruk di beberapa bagian.
Lalu bagaimana peta persaingan jelang musim baru di antara enam pebalap teratas saat ini?

Maverick Vinales


Ketika baru saja direkrut Yamaha untuk mendampingi Rossi, Vinales memang sudah diprediksi akan memberikan persaingan ketat. Akan tetapi, nyaris tak ada yang menyangka pebalap Spanyol ini hanya membutuhkan waktu singkat untuk beradaptasi dengan motor Yamaha M1.

Dalam 11 hari tes resmi di tiga sirkuit, Vinales tak pernah terjatuh dan bahkan enam kali jadi yang tercepat. Ini termasuk mencatatkan simulasi balapan terbanyak di hari terakhir tes di Sirkuit Losail. Saking stabilnya, bahkan Andrea Dovizioso dan Marc Marquez memperkirakan Vinales akan jadi juara pada seri pembuka musim pada 26 Maret nanti di Qatar.

Rossi sendiri mengakui bahwa proses Vinales menyambut musim baru ini jauh lebih baik ketimbang timnya. "Saya kira ia dan timnya dalam waktu singkat mampu membuat motor M1 ini mengeluarkan kapasitas maksimal, sementara kami terhambat," kata Rossi.
Namun berjaya di tes pramusim bukan segalanya. Vinales masih harus membuktikan dirinya memiliki manajemen balapan yang baik --seperti yang ditunjukkan Rossi selama ini-- dan juga ketika menghadapi tekanan dari musuh-musuhnya saat balapan sebenarnya.
Balapan pertama di Losail nanti akan menjadi jawaban jika Vinales benar-benar bisa jadi pesaing utama Marc Marquez dalam perebutan gelar juara.

Valentino Rossi


Kontras dengan Vinales, Rossi mengakhir tes hari ketiga di Losail dengan terpuruk di posisi ke-11. Padahal, di hari kedua ia sempat menyaingi para pebalap tercepat dengan menduduki posisi dua, hanya kalah cepat dari Vinales.
Rossi juga tak menggelar simulasi balapan sama sekali di hari terakhir tes setelah merasa dirinya tak punya cukup kecepatan.
Hasil pramusim Rossi bisa disebut sebagai salah satu yang terburuk dalam beberapa musim terakhir, terutama jika dibandingkan dengan 2016 ketika ia tampil menggebrak. Bukan hanya lebih buruk dari Vinales, tapi ia juga tertinggal dari musuh besarnya, Marc Marquez.
Dalam dua pekan ke depan, Rossi dan timnya harus segera menemukan pengaturan motor yang bisa membuatnya nyaman dalam menggeber M1 baik di trek lurus maupun ketika memasuki tikungan.
"Saya berharap kejaiban dalam dua pekan ke depan. Kenyataannya adalah, M1 2017 adalah motor berbeda dari yang sebelumnya dan kami belum tahu caranya untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya," kata Rossi soal peluangnya menatap musim baru.
Satu hal yang bisa membuat Rossi terhibur adalah hasil tes Vinales menunjukkan bahwa M1 adalah motor yang lebih baik dan lebih cepat dari tahun lalu. Rossi hanya perlu menemukan rahasia untuk mengendalikannya.
Meski tak secemerlang Vinales di sesi pramusim, duo Repsol Honda mengantongi hasil yang stabil di sesi pramusim dan lagi-lagi jadi akan penantang kuat untuk merebut gelar juara dunia.

Marc Marquez


Di tes pertama di Sepang, Marc Marquez masih diganggu proses adaptasi sistem kendali elektronik (ECU) pada jenis mesin baru Honda. Mulai musim baru ini, Honda memang mengganti tipe mesin, dari semula mesin screamer ke jenis big bang.
Mesin berjenis screamer mempunyai kerja mesin yang agak lama dan sukar dikendalikan, sedangkan jenis big bang memiliki kerja mesin yang lebih cepat dan jinak. Karakter jenis mesin baru inilah yang otomatis mempengaruhi sistem eletronik motor RC213V.

Di sesi pramusim kedua di Phillip Island, Marquez sempat terlihat sudah mengatasi hal ini dan menjadi yang tercepat. Marquez juga mendapatkan hasil yang stabil selama tes dan simulasi balapan di Australia sehingga bisa disimpulkan ia sudah menjinakkan masalah adaptasi ECU ini.

Di Qatar, Marquez dihadapkan pada tantangan lain yaitu menggunakan fairing baru Honda yang diharapkan memiliki downforce lebih besar ketimbang motor tahun lalu. Hasilnya, Marquez terjatuh dua kali di tes hari pertama, dan terjatuh tiga kali di tes hari ketiga.

Seandainya Marquez bisa mengatasi hal ini, maka dua perubahan besar yaitu pada tipe mesin dan juga fairing akan menjadi solusi kelemahan terbesar motor Honda: lemah saat akselerasi di lintasan lurus.

Dani Pedrosa


Pebalap Spanyol ini tak pernah benar-benar mencuri perhatian ataupun benar-benar terpuruk di sesi pramusim. Satu kata yang bisa menggambarkan persiapannya jelang musim baru adalah: konsisten. Di Australia, Pedrosa mengakhiri pramusim di tempat ketiga secara keseluruhan, dan juga berada di posisi tiga di tes hari ketiga di Qatar.

Satu hal yang berbeda dari Pedrosa di musim baru ini adalah ia akan berada di bawah naungan Sete Gibernau yang menjadi pelatih pribadinya. Tanpa cedera yang sempat mengganggu perjalanannya di musim 2016 Pedrosa bisa memberikan gangguan bagi peta persaingan merebut gelar juara dunia.

Tak heran jika Marc Marquez menyebut namanya sebagai salah satu pebalap yang berpotensi juara dunia selain Rossi dan Vinales.

Sorotan dunia balap akan tertuju pada Jorge Lorenzo di musim baru nanti setelah ia membuat keputusan mengejutkan untuk hijrah ke Ducati. Semua akan menanti apakah Lorenzo punya cukup kemampuan untuk menaklukkan motor Desmosedici -- satu tantangan yang bahkan gagal dijawab Valentino Rossi.

Jorge Lorenzo


Lorenzo mengakhiri tes hari ketiga di Losail di peringkat empat, lebih baik di hari sebelumnya yaitu di peringkat kesembilan. Lorenzo sendiri masih dalam fase adaptasi mengenal motor Desmosedici. Ia menyebut dirinya puas dengan hasilnya di hari terakhir, meski tidak sempat menggelar simulasi balapan.

Desmosedici dikenal sebagai motor yang sangat sukar ditaklukkan karena menguras fisik dan juga sukar dikendalikan saat memasuki tikungan -- ketimbang Yamaha atau Honda.

Adaptasi Lorenzo pada motor Ducati ini belum menunjukkan hasil menggembirakan di tes Sepang dan Phillip Island, tapi semakin membaik di Sirkuit Losail yang memang memiliki karakteristik yang cocok untuk motor Ducati.

Lorenzo tak mau memberi penilaian terhadap proses adaptasinya dengan Desmosedici dan mengatakan bahwa semuanya baru akan terlihat di balapan sebenarnya. Seusai tes hari ketiga di Qatar, ia mengatakan:
"Hari ini, dengan beberapa modifikasi, motor ini tidak terasa terlalu menuntut (secara fisik), sehingga saya bisa beradaptasi. Tubuh juga saya beradaptasi dengan tuntutan motor, sehingga sedikit demi sedikit ini akan semakin mudah."

"Kami tahu bahwa kecepatan kami cukup kompetitif untuk satu putaran. Mari lihat nanti. Hanya lewat balapan dan pengalaman lah kami akan tahu yang kami butuhkan untuk bisa lebih bisa bersaing lagi dalam kecepatan."
Satu hal yang bisa disimpulkan, dua kali juara dunia ini terlihat masih membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa menjinakkan Ducati.

Andrea Dovizioso


Di Sirkuit Losail yang memang memiliki banyak trek lurus panjang yang menjadi 'makanan' motor Ducati yang punya tenaga besar, Dovizioso mendapatkan hasil yang bagus. Ia jadi yang tercepat pada tes Jumat, di posisi ke-12 di hari kedua, serta di peringkat dua di tes hari terakhir.

Hanya saja, jika melihat hasil secara keseluruhan di Sepang, Phillip Island, dan Qatar, Ducati belum juga menemukan cara untuk mengatasi kelemahan terbesar mereka yaitu lambat di tikungan. Hal ini juga diakui Dovizioso, pebalap yang sudah empat tahun bersama Ducati, seusai tes di Australia.

"Kami sudah sedikit meningkat dibandingkan tahun lalu. Kami cukup cepat. Tapi di sisi lain, kami belum berkembang di poin-poin negatif kami. Jadi sebenarnya saya kurang puas jika membayangkan bahwa di kejuaraan nanti kami harus kompetitif di setiap lintasan."

Di Qatar, Dovizioso sempat menguji coba fairing baru Ducati yang cukup radikal yaitu menyerupai bentuk hidung mobil Formula 1. Hanya saja, hingga saat ini Ducati belum menentukan jika fairing baru itu akan digunakan pada musim balapan 2017. 











No comments:

Post a Comment